SEJARAH SUKU SUNDA
I.Latar Belakang Masalah
Suku
Bangsa di Indonesia sangatlah banyak jumlahnya serta tersebar dari ujung Pulau
We hingga Merauke di Papua serta melintang dari ujung Pulau Miangas di utara
hingga Pulau Rote di selatan.
Melihat
realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat
pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang
kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda. Suku Sunda
merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku
bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya
dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari
kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian
dan lain sebagainya.
Adapun dalam makalah ini akan menjelaskan secara
singkat mengenai Sejarah salah satu suku bangsa Indonesia yang ada di dataran
Jawa,tepatnya di Jawa Barat yakni suku “Sunda”. Suku Sunda dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah
satu hal yang menarik untuk dipelajari untuk mengenal bagaimana suku Sunda
serta Kebudayaannya.
II.Rumusan Masalah
Adapun beberapa Rumusan
Masalahnya antara lain :
ü Bagaimana
sejarah suku sunda?
ü Tata
Bahasa Suku Sunda
ü Kebudayaan
dan kesenian suku Sunda
ü Sistem
kepercayaan
ü Stratifikasi
dalam masyarakat Sunda
ü Mata
pencaharian masyarakat Sunda
ü Adat
Istiadat Perkawinan
ü Sistem
Kekerabatan
Pendahuluan
Luas daerah Jawa
Barat (Ranah Pasundan) mencapai 4417.000
ha atau sekitar 35% dari luas pulau Jawa dan Madura.Daerah ini berbatasan
dengan DKI Jakarta dan Laut Jawa di Timur,disebelah selatan dan barat
berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Selat Sunda yang memisahkan PUlau Jawa
dan Pulau Sumatra.Letak geografis berdasarkan garis lintang berada pada 5º 50’
lintang utara - 7º 60’ lintang selatan dan 104˚ 48’ bujur barat - 108˚ 48’
Bujur timur.Sepanjang Pantai Utara terhampar dataran rendah ,selanjutnya
mengarah ke Selatan bersambung dengan dataran tinggi yang bergunung gunung yang
berkelanjutan terus ke pedalaman sampai ke Pantai Selatan yang legendaris dan
mitologi itu dengan Putri imajinernya' yang konon cantik tiada tara, Ratu Kidul. Pada
umumnya Tanah Sunda subur dan hawa di sepanjang Pantai Utara panas tetapi ke
pedalaman di dataran tinggi sejuk .
Tanah Sunda dapat
dibagi menjadi empat bagian.yang pertama,daerah epanjang pantai Utara dinamakan
Daerah Hamparan Jakarta(Zone Jakarta). Bagian yang kedua merupakan daerah yang
membentang dari Rangkasbitung melintasi Bogor, Purwakarta, Subang,Sumedang sampai
Indramayu disebut Daerah Hamparan Bogor (Zone Bogor).Bagian yang ketiga adalah
daerah bentangan Gunung Berapi yang diapit oleh Zone Bogor dan Zone Pegunungan
Selatan yang disebut Daerah Hamparan Bandung (Zone Bandung).Tentang daerah ini
ada beberapa cerita yang menyebut-nyebut Danau purba yang maha luas (Bandung)
dengan sebutan Leuwi Sipatahunan (Situ Sipatahunan).Merupakan suatu kenyataan
pula bahwan dataran tinggi Bandung kini terdapat endapan lempung yang dilapisi
oleh endapan danau purba yang merupakan bukti bahwa Bandung merupakan areal
danau yang mongering.
1.Sejarah Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari
bagian barat pulau Jawa,
Indonesia,
yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat,
Banten,
Jakarta,
dan Lampung.
Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya
15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama
Islam,
akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen,
Hindu,
dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan
masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan
dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang
berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Sejarah suku
Sunda dapat dibedakan menjadi dua masa yakni: Jaman Praehistori dan Jaman
Histori.Demikian pula peninjauan terhadap sejarah Tanah Sunda atau Pasundan
yang kini dikenal dengan Jawa Barat pada Jaman Praehistori dari masa ini tidak
terdapat peninggalan-peninggalan yang terang berupa tulisan baik pada batu,daun
lontar atau kuningan dan lain sebagainya.Jaman histori Sunda dimulai sejarahnya
dengan adanya batu bertulis di sungai Ciaeuruten,Bogor yang menyatakan adanya
suatu kerajaan Hindu bernama Tarumanegara.
Menurut Rouffaer
(1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata ‘sund’ atau kata
‘suddha’ dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang,
putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)
dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda, dengan pengertian: bersih, suci,
murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma,
1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda
meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju
keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur
(baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas).Sedangkan menurut
bahasa Sunda dapat diartikan: bagus,indah,cantik,unggul,dan menyenangkan.
1.1 Sunda mendapat Pengaruh
dari Jawa
Menurut Bernard Vlekke, sejarawan
terkenal, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga
abad 11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun
hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh
Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara
orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat,
orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun
1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan
kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada
akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja
Majapahit memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka tidak penting lagi setelah
tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh
Hinduisme terhadap orang Sunda.
1.2 Sunda Jaman
Kerajaan Padjajaran
Pada tahun
1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini
dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang
terkenal, Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak
dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit. Namun, Gadjah Mada menentang
pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan,
ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa
sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang
telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga
semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama
bertahun-tahun setelah episode ini (dan mungkin masih berlangsung), tetapi
pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang
Sunda.
Hingga
saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun
kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari
para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran,
digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon dan Demak,
dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi,
Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor
kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa
Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus
hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.
1.3 Sunda dan Kemajuan
Islam
Orang
Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang
berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414,
pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara
mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana
Muslim menahan tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman
Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.
Kedatangan
Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk
ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di
antara golongan yang berkuasa.
1.4 Sunda dan
Kejatuhan Majapajit
Sebelum
1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur.
Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma
di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para
pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa
yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga
raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam. Tidak seperti
pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam mendorong kekuatan militer
supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang tidak ada tentara asing
yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk percaya. Namun dipergunakan
kekerasan untuk membuat para penguasa menerima iman Muhammad. Baik di Jawa
Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan
oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka
rakyat akan ikut. Meskipun demikian, kita harus mengingat apa yang ditunjukkan
Vlekke bahwa perang-perang keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.
1.5 Pengaruh Demak di
Tanah Sunda
Raden
Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai
puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku
hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya
hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam.
Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya
Hasanudin dari Cirebon untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif.
Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol
Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan
Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada
kuartal kedua abad 16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah
kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000
jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk
jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang
Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai- pantai dan
di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum dan Cisadane.
1.6 Sunda masa
Kolonialisme Belanda
Sebelum
kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh yang
dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara
sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol
perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik
perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih Malaka
dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda
terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak- hak
ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652,
daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300
tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang
Dunia kedua.
Peristiwa-peristiwa pada abad 18
menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik dan
keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah
persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para
penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat
mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita
Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan
Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa," sang pemimpin
adalah seorang Hindu dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada
pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan
rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing- masing golongan
memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian).
2.Tata Bahasa Sunda
Bahasa Sunda yang merupakan bahasa
ibu sebagian besar penduduk Jawa Barat termasuk kedalam golongan bahasa
afiksasi,bukan bahsa fleksi.Posisi urutan kata dalam kalimat serta imbuhan
gramatikal sangat berperanan dalam bahasa ini ; yang paling istimewa lagi adalah
lagu yang bertekanan nada serta sangat kaya dengan fonema.Dalam bahasa fleksi
seperti misalnya bahasa Jerman,perubahan kata sangat menetukan arti ;sedangkan
dalam bahasa Sunda ,imbuhan yang terdiri atas Rarangkeun hareup (awalan),
Rarangkeun tengah (sispan dan Rarangkeun
tukang (akhiran) disertai letak atau urutan kata sangat berperanan dalam
menentukan arti.Contoh kata serat (tulis).Terhadap
kata ini kita dapat menambahkan ketiga macam imbuhan;nyerat = menulis,sinerat = ditulis,seratkeun = tuliskan dan sebagainya.
Bahasa Sunda juga
mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu :
a.Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu
dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang
yang dituakan atau disegani.
b.Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
c.Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
b.Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
c.Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
3.Kebudayaan dan Kesenian Suku Sunda
Kebudayaan Sunda merupakan salah
satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut :
3.1
Kesenian Kirab Helaran
Kirab helaran atau yang disebut
sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat
yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa
ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut
tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari
besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh
kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari
Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi
menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu,
diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda,
seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung, engrang, reog,
barongsai, dan klub motor.
3.2 Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal
dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di
Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan
pencak silat melengkapi teknik perguruannya.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
3.3 Seni Tari
a.Tari Jaipongan
Tanah Sunda (Priangan) dikenal
memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni
budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya
merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari
Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung.
Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron,
Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri
khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik
kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya
dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang
menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau
pesta pernikahan.
b.Tari Ketuk Tilu
Ketuk Tilu adalah suatu tarian
pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta
perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di
suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada
kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai
pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak
disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
3.4 Seni Musik dan Suara
Selain seni tari, tanah Sunda juga
terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada
seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang
khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada
dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah
satu musik/lagu daerah Sunda :
1. Bubuy Bulan
2. Es Lilin
3. Manuk Dadali
4. Tokecang
5. Warung Pojok
3.5 Wayang Golek
Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka
Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang
Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan
oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang.
Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia.
Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap
dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh
budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan
Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena
mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan
sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan
tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
3.6 Kesenian Kuda Renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah
salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di
hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat
tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para
Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
3.7 Alat Musik
a.Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang
merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).
b.Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau
waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng
Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian local atau tradisional
c.Kecapi Suling
Kacapi Suling adalah salah satu
jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang
pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat
dan seluruh dunia.
4.Sistem Kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama
Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang
Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen,
Hindu, Budha. Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan.
Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara
keseimbangan alam semesta.Keseimbangan magis dipertahankan dengan
upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan
kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan
Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka,
yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan
sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia
(titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan
untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
4.1 Mantera-mantera Magis
Dalam penyembahan kepada ilah-ilah
ini, sistem mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan
kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala
yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala dalam ribuan
situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya
termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (jurig)
yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung- gunung dan
tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat
ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supernatural untuk memulihkan
kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam
berbagai cara.
4.2 Dukun-dukun
Untuk membantu rakyat dalam
kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana- pelaksana ilmu magis yang disebut dukun.
Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktek-praktek mistik
seperti numerology (penomoran). Mereka mengadakan kontak dengan
kekuatan-kekuatan supernatural yang melakukan perintah para dukun ini. Beberapa
dukun ini akan melakukan black magic tetapi banyaknya adalah jika dianggap
sangat bermanfaat bagi orang Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit
keputusan penting yang dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang
mengenakan jimat-jimat di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat
yang menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan
mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi
di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam. Tetapi orang-orang ini
tetap dianggap sebagai Muslim.
5.Stratifikasi Dalam Masyarakat Sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu
masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu
sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat
lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat
yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat
banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top
leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok
elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan,
pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah
meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok “in group”
dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya
sebagai “in group” sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out
group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya
Decision-making Process in Four West Java Villages (1971) juga
menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan
massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat,
guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani
menengah, buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat
berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau
seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain
dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati
kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya
istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal
(bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak
langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan), melainkan juga
berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung,
aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur
hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan.
Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua
lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan
orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan
keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai,
kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan
kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna
membentuk keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media
pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya.
Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya
dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih rendah
derajat pancakaki-nya.
6.Sistem Mata Pencaharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok
tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang
sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf
hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat
terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh
kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber
daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
Adapun mata pencaharian masyarakat Sunda
dapat dibedakan menjadi :
Mata pencaharian pokok masyarakat
Sunda adalah
1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
7. ADAT ISTIADAT
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang
ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
- Nendeun Omong, yaitu
pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.
- Lamaran. Dilaksanakan orang tua
calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut
sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang,
seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak
mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng,
melambangkan kemantapan dan keabadian.
- Tunangan. Dilakukan ‘patuker
beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos
kepada si gadis.
- Seserahan (3 – 7 hari sebelum
pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah
tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
- Ngeuyeuk seureuh (opsional,
Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat
sebelum akad nikah.)
- Dipimpin
pengeuyeuk.
- Pengeuyek
mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada
kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau
benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
- Diiringi
lagu kidung oleh pangeuyeuk
- Disawer
beras, agar hidup sejahtera.
- dikeprak
dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat
bekerja.
- Membuka
kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina
masih bersih dan belum ternoda.
- Membelah
mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar
keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan
alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
- Membuat lungkun. Dua lembar
sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang.
Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang
hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat
dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
- Berebut uang di bawah tikar sambil
disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
- Upacara Prosesi Pernikahan
- Penjemputan
calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
- Ngabageakeun,
ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati
kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon
pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
- Akad
nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat
nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan
di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang
berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat
kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
- Sungkeman,
- Wejangan,
oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
- Saweran,
kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer
dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita.
Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning
atau kunyit ke atas payung.
- Meuleum
harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat
disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan
pengantin pria.
- Nincak
endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas
kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka
pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun
bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan,
pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.
4. SISTEM KEKERABATAN
Sistem
keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak
ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala
keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat
mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam
suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk
menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang
berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut
(piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur
atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek,
anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah
(salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah
dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun
galur/garis keturunan.
oke bos, mantaph (y)
BalasHapus