Awal Sebuah Legenda
Berdasarkan legenda yang ada, kota Roma
pertama kali didirikan pada 21 April 753SM, oleh dua orang kakak beradik
(kembar) Romulus dan Remus. Kedua saudara kembar ini adalah keturunan pangeran
Aeneas dari Troy, Yunani yang melarikan diri ke Latinum setelah kerajaannya
dihancurkan oleh orang Achaean dan merupakan cucu raja bangsa latin Numitor
dari Alba Longa, sebuah kota kuno di daerah Latium, Italia. Kedua saudara
kembar ini adalah anak dari putri Rhea Shilivia, anak perempuan raja Numitor.
Sebagai catatan, Latium adalah sebuah daerah
yang sangat subur yang diperkirakan terletak di atas bukit Alban (sekitar 19 KM
dari Roma sekarang). Penduduk di sana sebagian besar berasal dari suku Latia,
yang kemudian menyebut diri mereka sendiri sebagai bangsa Latin. Kemudian
bahasa sehari-hari mereka, yaitu bahasa Latin, mulai dikembangkan dan
terciptalah huruf Latin, seperti yang masih dipergunakan sampai dengan saat
ini. Sementara itu kerajaan Alba Longa adalah pendiri dan pemimpin dari Liga
Latin yang terdiri dari sekitar 30 kampung dan suku yang mendiami daerah
Latium. Sebuah penggalan yang tidak lengkap dari inkripsi kuno yang ditemukan
menyatakan, Liga Latin ini terdiri dari daerah seperti Tusculum, Aricia,
Lanuvium, Lavinium, Cora, Tibur, Pometia and Ardea. Saat ini, orang-orang
Italia menyebut daerah Latium / Latin ini dengan nama Lazio, yang kawasannya
kini juga meliputi kota Roma.
Dikisahkan kekuasaan raja Numitor digulingkan
oleh adik kandungnya sendiri yang bernama Amulius. Numitor kemudian diasingkan,
lalu Rhea Shilvia (ilia) diampuni nyawanya dengan diangkat sebagai pendeta
perawan Vesta (Dewa Bumi). Syarat utama sebagai pendeta Vesta, Rhea harus tetap
perawan. Namun, dikisahkan Rhea hamil setelah diperkosa oleh Mars, dewa perang
Romawi Kuno, ini yang menyebabkan legenda mempercayai Romulus dan Remus adalah
sebagai manusia setengah dewa. Kemudian atas perintah Amulius, Rhea yang telah
dianggap melanggar sumpah keperawanannya bersama kedua anak kembarnya, Romulus
dan Remus, dihukum mati dengan dibuang ke sungai Tiber. Ini adalah salah satu
cara pula bagi Amulius untuk mempertahankan kekuasaanya, karena dia takut, jika
tidak dihabisi, kedua anak tersebut kelak akan dapat mengembalikan tahta
kerajaan ke tangan Numitor. Kemudian legenda mengatakan, dewa Tiberius,
penguasa sungai Tiber, menyelamatkan Rhea beserta kedua anak kembarnya itu.
Rhea akhirnya dinikahi oleh Tiberius, sementara Romulus dan Remus diberikan
kepada seekor serigala betina jejadian, yang kemudian menyusui dan mengasuh
mereka. Sewaktu dalam pengasuhan serigala jejadian ini, Romulus dan Remus
ditemukan oleh seorang penggembala yang bernama Faustulus yang kemudian bersama
istrinya, Acca Larentia, mengangkat dan mengasuh kedua anak ini hingga dewasa.
Legenda menceritakan bahwa Romulus dan Remus
kemudian tumbuh menjadi penggembala. Kemudian dalam sebuah peristiwa,
kedua anak ini terlibat pertikaian dengan para penggembala raja Amulius yang
mengakibatkan Remus tertangkap dan dihukum layaknya seorang pencuri. Pada saat
itulah identitas mereka yang sebenarnya diketahui oleh Amulius. Sementara itu,
Romulus berhasil mengorganisasi para penggembala lainnya untuk membebaskan
Remus dari tangan Amulius. Singkatnya, pertempuranpun terjadi dan Amulius tewas
terbunuh. Kemudian Romulus dan Remus dianugerahi tahta kerajaan yang memang
sudah menjadi hak mereka semenjak lahir; tapi keduanya menolak dan memberikan
tahta kerajaan itu kembali ke kakek mereka, Numitor. Mereka lebih memilih untuk
memulihkan nama baik ibu mereka, Rhea, dan mendirikan kota mereka sendiri.
Akhirnya kedua saudara kembar inipun berangkat meninggalkan Alba Longa dengan
ditemani oleh sekelompok orang dengan berbagai macam latar belakang seperti
buronan, budak pelarian dan mereka yang menginginkan kesempatan kedua di tempat
baru dengan penguasa yang baru pula.
Kedua saudara kembar ini kemudian terlibat
argumentasi di antara mereka pada saat menentukan tempat terbaik untuk
mendirikan kota mereka. Romulus ingin mendirikannya di bukit Palatine sementara
Remus ingin mendirikannya di bukit Aventine. Akhirnya mereka sepakat untuk menggunakan
metode nujum suci dalam menentukan tempat terbaik pendirian kota mereka. Nujum
itu bernama “Augury”, yaitu sebuah nujum dari kepercayaan pagan
Romawi Kuno yang bertujuan untuk mengartikan kehendak Ilahi dengan menggunakan
metode membaca aktivitas burung yang terbang di sekitar tempat mereka berada.
Caranya adalah mereka akan mengartikan dari jenis burung, arah terbang, cara
terbang (berkelompok atau sendiri) sampai dengan suara yang dikeluarkan sewaktu
burung-burung itu sedang terbang. Kemudian, kedua saudara kembar inipun berdiri
di atas masing-masing bukit pilihan mereka, menarik garis batas suci di antara
mereka berdua dan memilih untuk memantau aktivitas burung elang dan burung
bangkai sebagai tanda daerah mana yang akan dipilih oleh para dewa. Setelah
melewati waktu yang ditentukan, Remus menyatakan melihat 6 ekor burung
sementara Romulus menyatakan melihat 12 ekor burung. Sesuai dengan kesepakatan,
mana yang lebih banyak melihat jumlah burung adalah pihak yang menang, maka
Romuluspun menyatakan diri sebagai pemenangnya. Namun Remus menolak pernyataan
Romulus dengan mengatakan dirinyalah yang pertama kali melihat kemunculan
burung-burung itu. Dengan kesal Romulus akhirnya memperjelas batas area antara
dirinya dengan Remus dengan membuat tembok dan parit di sekitar bukit Palatin.
Melihat itu Remus secara diam-diam berusaha untuk melompati pagar pembatas itu
dengan tujuan penghinaan. Akibatnya Remus tewas dibunuh oleh saudaranya
sendiri. Di saat itu Romulus berkata : “Mulai dari saat ini,
hancurlah mereka yang melompati pagarku!”. Kemudian
dengan rasa sedih dan penuh penghargaan, Romulus mengubur saudaranya Remus.
Atas saran Publius Ovidius Naso atau yang
lebih dikenal dengan nama Ovid, seorang pujangga Roma yang terkenal pada saat
itu, Romulus kemudian membuat sebuah Festival Hari Raya Lemuria, yang bertujuan
untuk mengusir hantu Remus dari kota Roma. Hari Raya Lemuria, adalah sebuah
hari raya pagan yang bertujuan untuk melakukan ritual pengusiran roh-roh jahat
dan roh-roh orang mati dari rumah-rumah mereka. Ritual ini dirayakan setiap
bulan May tanggal 9 dan 11, serta puncak acaranya di setiap tanggal 13 setiap
tahunnya. Dengan alasan ini, orang-orang Roma pantang melangsungkan pernikahan
pada bulan May, karena bulan May adalah bulan bagi kematian, sehingga lahirlah
pepatah kuno Roma yaitu: “Akan Sakit Bagi Mereka yang Nikah Pada
Bulan May (Mense Maio malae nubent)”. Festival Lemuria ini kemudian
diadopsi oleh Paus Bonifasius IV menjadi Hari Raya Kudus umat Kristiani, yang
kemudian lambat laun tanggal penyelenggaraannyapun dirubah dari tanggal 13 May
menjadi setiap tanggal 1 November, setiap tahunnya.
Dengan tewasnya Remus, maka tidak ada lagi
yang menghalangi Romulus untuk mendirikan kota yang diberi nama mirip dengan
namanya yaitu Roma. Pendirian kota Roma ini juga sebagai awal dari tarikh
kalender yang digunakan oleh bangsa Romawi (sebelum tanggalan Masehi ada), yang
dikenal dengan nama Ab Urbe Condita atau AUC.
Apabila dalam perhitungan Masehi kota Roma ini berdiri pada 753 SM, maka 1
AUC = 753 SM.
Setelah pendirian kota Roma, Romulus kemudian
memperkokoh kotanya dengan mendirikan satuan tentara dengan mengklasifikasikan
3000 orang sebagai tentara infantri dan 300 orang pasukan berkuda (kavaleri)
yang mana satuan tentara ini diberi nama “Legiun”. Kemudian dari populasi yang
tersisa, dia memilih 100 orang tetua yang kaya dan dihormati yang dijadikannya
sebagai dewan pimpinan kota Roma. Romulus menamakan dewan ini sebagai kaum
bangsawan (patriarch), atau sebagai bapak kota Roma. Hal ini bukanlah karena status
latar belakang semata dari orang-orang yang dituakan ini, tetapi karena
dedikasi dan perhatian mereka yang menganggap Roma dan setiap penduduk yang
tinggal di dalamnya bagaikan anak-anak mereka sendiri. Kaum ini kemudian
dikenal pula dengan sebutan Senator. Dengan demikian Romulus telah mendirikan
sistim hirarki pemerintahan dan sosial berdasarkan hubungan “the patron-client
relationship”; yaitu sebuah hubungan bermakna yang kuasa, kaya dan prestisius
(patron) dapat menolong dan melindungi yang lemah (client).
Dengan ideologinya yang unik, Roma semakin
menarik perhatian dari orang-orang seperti: orang buangan, pengungsi, penjahat,
orang miskin dan budak yang melarikan diri; untuk mendapatkan kesempatan kedua,
dan Romapun membuka pintunya lebar-lebar atas kedatangan orang-orang tersebut.
Hal ini terbukti dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Roma yang meliputi
bukit Palatine, bukit Capitoline, bukit Aventine, bukit Caelian dan bukit
Quirinal. Palatine yang berarti surga, diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi
Palace, sementara Capitoline menjadi Capitol.
Permasalahan Romapun timbul, karena sebagian
besar dari penduduk dan para pendatang adalah kaum pria, kota ini sepi dari
kaum wanita yang siap untuk dinikahi, sehingga pertambahan penduduk secara alamipun
turut terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, Romuluspun pergi menghadap sang
kakek, raja Numitor, untuk berkonsultasi. Atas saran dari kakeknya,
Romulus kemudian menyelenggarakan festival suci untuk menghormati dewa air dan
laut Romawi, Neptunus. Festival ini dihadiri oleh ribuan orang baik pria
maupun wanita yang datang dari daerah Latin dan Sabine. Ketika festival itu
usai, ratusan perawan Latin dan Sabine diculik dan ditawan oleh Romulus, sebuah
sumber menyatakan sekitar 683 gadis, untuk dipaksa kawinkan dengan para pria
Roma. Inilah yang akhirnya menjadi penyulut peperangan antara Roma dengan pihak
Latin dan Sabine.
Perang dengan Latin dan Sabine
Kaum pria dari Latin dan Sabine meminta
Romulus untuk mengembalikan gadis-gadis mereka yang diculik, namun Romulus
menolak, dan akhirnya hal ini memicu peperangan pertama Roma melawan pihak
Latin dan Sabine.
Tiga kerajaan Latin yaitu Caenina, Antemnae
and Crustumerium secara bergantian mengangkat senjata untuk memerangi Roma.
Namun tidak ada satupun dari kerajaan Latin itu yang berjaya mengalahkan Roma,
bahkan raja Acor dari Caenina tewas di tangan Romulus. Kemenangan atas ketiga
kerajaan Latin ini menjadi awal sebuah momen penting dalam pertumbuhan Roma.
Ketiga daerah yang ditaklukan itu kemudian dibagi-bagikan kepada secara rata
kepada setiap penduduk Roma, namun tidak ada satu orangpun dari
kerajaan-kerajaan yang ditaklukan itu yang dijadikan budak.
Sementara itu Titus Tatius, raja dari Sabine
bersama ribuan pasukannya berangkat untuk menyerang benteng yang terletak di
bukit Capitoline, dengan alasan utama, karena di sana terdapat ratusan imigran
dari Sabine yang tinggal dan menetap di Capitoline setelah peristiwa penculikan
yang memicu peperangan ini. Ketika Titus sampai di pintu gerbang benteng Capitoline,
seorang anak gadis pemimpin benteng Capitoline bernama Tarpeia, membukakan
pintu gerbang benteng tersebut bagi Titus dan pasukannya dengan harapan dia
menerima imbalan gelang emas yang dipakai oleh hampir seluruh tentara Sabine.
Namun bukannya mendapatkan imbalan yang diharapkan, Tarpeia malah dibunuh
dengan cara dilemparkan ke jurang Capitoline yang berbatu. Karena peristiwa
ini, maka batu-batu cadas yang mengelilingi Capitoline dinamakan batu Tarpeia,
sampai dengan sekarang.
Titus kemudian melanjutkan perjalanannya
menuju untuk menghadapi Roma di sebuah tempat terbuka yang kemudian tempat ini
dinamakan Comitium. Dalam pertempuran berdarah itu, Romulus mundur menuju bukit
Palatine dan Titus mundur ke arah dimana Curia Hostilia sekarang berdiri. Dan
pada saat itulah para wanita Sabine yang telah menikah dengan pria Roma memohon
kepada Titus untuk mengadakan gencatan senjata. Akhirnya perdamaianpun tercipta
antara Roma dan Sabine. Romulus dan Titus secara bersamaan menjadi penguasa
atas Roma dan Sabine, Romulus memilih bukit Palatine sebagai markas utamanya
sementara Titus memilih bukit Quirinal, dan mereka setuju untuk menjadikan
Contimium sebagai tempat terbuka bagi publik yang juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan dan kebudayaan. Dalam perjalanannya, 100 orang tetua dan ketua
suku Sabine dijadikan Senator Roma. Secara teknologi dan kebudayaan, kaum
Sabine mengadopsi sistim kalender Roma sementara Roma mengadopsi senjata dan
perisai lonjong kaum Sabine. Dengan perjanjian damai ini, secara otomatis,
kekuatan legiun Romapun berlipat ganda.
Kerajaan Roma
Kekuasaan bersama antara Romulus dan Titus
berlangsung selama 5 tahun. Dan selama kurun waktu itu, mereka berhasil
memperluas wilayahnya dengan menundukkan salah satu wilayah Latin Alban yaitu
Camerini.
Titus kemudian dinyatakan bersalah oleh
Romulus dan Senat Roma, setelah dia dengan sengaja memberikan suaka kepada para
sekutunya yang telah menghancurkan wilayah Lavinia secara ilegal; dan selain
itu, Titus juga dengan sengaja membunuh duta Lavinia yang dikirim untuk mencari
keadilan di Roma. Atas keputusan bersama, Titus dikirim ke Lavinia untuk
memberikan klarifikasi dan upeti kepada penguasa Lavinia atas segala
tindakannya itu, namun Titus tewas dibunuh sesaat dia sampai di wilayah
Lavinia, dan ini membuat Romulus menjadi penguasa tunggal atas Roma dan Sabine.
Tidak sampai disitu saja, Romulus akhirnya juga dinobatkan sebagai penguasa
Latin Alba Longa, setelah Numitor, kakeknya, meninggal dunia. Romulus akhirnya
menjadi penguasa atas Roma dan ketujuh bukit di sekitarnya, daerah Sabine dan
daerah Latin. Di sisi lain, Romulus pun berhasil mengalahkan kaum Etruskia,
yang merupakan penduduk asli Italia. Inilah awal kelahiran dari sebuah kerajaan
besar Romawi.Sebagai catatan, kerajaan Roma mengadopsi sistim politik yang
berlaku di Etruskia yang merupakan cikal bakal sistem politik Republik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar