Selasa, 06 November 2012

Sejarah Berdirinya Kerajaan Romawi




Awal Sebuah Legenda

Berdasarkan legenda yang ada,  kota Roma pertama kali didirikan pada 21 April 753SM, oleh dua orang kakak beradik (kembar) Romulus dan Remus. Kedua saudara kembar ini adalah keturunan pangeran Aeneas dari Troy, Yunani yang melarikan diri ke Latinum setelah kerajaannya dihancurkan oleh orang Achaean dan merupakan cucu raja bangsa latin Numitor dari Alba Longa, sebuah kota kuno di daerah Latium, Italia. Kedua saudara kembar ini adalah anak dari putri Rhea Shilivia, anak perempuan raja Numitor.

Sebagai catatan, Latium adalah sebuah daerah yang sangat subur yang diperkirakan terletak di atas bukit Alban (sekitar 19 KM dari Roma sekarang). Penduduk di sana sebagian besar berasal dari suku Latia, yang kemudian menyebut diri mereka sendiri sebagai bangsa Latin. Kemudian bahasa sehari-hari mereka, yaitu bahasa Latin,  mulai dikembangkan dan terciptalah huruf Latin, seperti yang masih dipergunakan sampai dengan saat ini. Sementara itu kerajaan Alba Longa adalah pendiri dan pemimpin dari Liga Latin yang terdiri dari sekitar 30 kampung dan suku yang mendiami daerah Latium. Sebuah penggalan yang tidak lengkap dari inkripsi kuno yang ditemukan menyatakan, Liga Latin ini terdiri dari daerah seperti Tusculum, Aricia, Lanuvium, Lavinium, Cora, Tibur, Pometia and Ardea. Saat ini, orang-orang Italia menyebut daerah Latium / Latin ini dengan nama Lazio, yang kawasannya kini juga meliputi kota Roma.

Dikisahkan kekuasaan raja Numitor digulingkan oleh adik kandungnya sendiri yang bernama Amulius. Numitor kemudian diasingkan, lalu Rhea Shilvia (ilia) diampuni nyawanya dengan diangkat sebagai pendeta perawan Vesta (Dewa Bumi). Syarat utama sebagai pendeta Vesta, Rhea harus tetap perawan. Namun, dikisahkan Rhea hamil setelah diperkosa oleh Mars, dewa perang Romawi Kuno, ini yang menyebabkan legenda mempercayai Romulus dan Remus adalah sebagai manusia setengah dewa. Kemudian atas perintah Amulius, Rhea yang telah dianggap melanggar sumpah keperawanannya bersama kedua anak kembarnya, Romulus dan Remus, dihukum mati dengan dibuang ke sungai Tiber. Ini adalah salah satu cara pula bagi Amulius untuk mempertahankan kekuasaanya, karena dia takut, jika tidak dihabisi, kedua anak tersebut kelak akan dapat mengembalikan tahta kerajaan ke tangan Numitor. Kemudian legenda mengatakan, dewa Tiberius, penguasa sungai Tiber, menyelamatkan Rhea beserta kedua anak kembarnya itu. Rhea akhirnya dinikahi oleh Tiberius, sementara Romulus dan Remus diberikan kepada seekor serigala betina jejadian, yang kemudian menyusui dan mengasuh mereka. Sewaktu dalam pengasuhan serigala jejadian ini, Romulus dan Remus ditemukan oleh seorang penggembala yang bernama Faustulus yang kemudian bersama istrinya, Acca Larentia, mengangkat dan mengasuh kedua anak ini hingga dewasa.

Legenda menceritakan bahwa Romulus dan Remus kemudian tumbuh menjadi  penggembala. Kemudian dalam sebuah peristiwa, kedua anak ini terlibat pertikaian dengan para penggembala raja Amulius yang mengakibatkan Remus tertangkap dan dihukum layaknya seorang pencuri. Pada saat itulah identitas mereka yang sebenarnya diketahui oleh Amulius. Sementara itu, Romulus berhasil mengorganisasi para penggembala lainnya untuk membebaskan Remus dari tangan Amulius. Singkatnya, pertempuranpun terjadi dan Amulius tewas terbunuh. Kemudian Romulus dan Remus dianugerahi tahta kerajaan yang memang sudah menjadi hak mereka semenjak lahir; tapi keduanya menolak dan memberikan tahta kerajaan itu kembali ke kakek mereka, Numitor. Mereka lebih memilih untuk memulihkan nama baik ibu mereka, Rhea, dan mendirikan kota mereka sendiri. Akhirnya kedua saudara kembar inipun berangkat meninggalkan Alba Longa dengan ditemani oleh sekelompok orang dengan berbagai macam latar belakang seperti buronan, budak pelarian dan mereka yang menginginkan kesempatan kedua di tempat baru dengan penguasa yang baru pula.

Kedua saudara kembar ini kemudian terlibat argumentasi di antara mereka pada saat menentukan tempat terbaik untuk mendirikan kota mereka. Romulus ingin mendirikannya di bukit Palatine sementara Remus ingin mendirikannya di bukit Aventine. Akhirnya mereka sepakat untuk menggunakan metode nujum suci dalam menentukan tempat terbaik pendirian kota mereka. Nujum itu bernama “Augury”, yaitu sebuah nujum dari kepercayaan pagan Romawi Kuno yang bertujuan untuk mengartikan kehendak Ilahi dengan menggunakan metode membaca aktivitas burung yang terbang di sekitar tempat mereka berada. Caranya adalah mereka akan mengartikan dari jenis burung, arah terbang, cara terbang (berkelompok atau sendiri) sampai dengan suara yang dikeluarkan sewaktu burung-burung itu sedang terbang. Kemudian, kedua saudara kembar inipun berdiri di atas masing-masing bukit pilihan mereka, menarik garis batas suci di antara mereka berdua dan memilih untuk memantau aktivitas burung elang dan burung bangkai sebagai tanda daerah mana yang akan dipilih oleh para dewa. Setelah melewati waktu yang ditentukan, Remus menyatakan melihat 6 ekor burung sementara Romulus menyatakan melihat 12 ekor burung. Sesuai dengan kesepakatan, mana yang lebih banyak melihat jumlah burung adalah pihak yang menang, maka Romuluspun menyatakan diri sebagai pemenangnya. Namun Remus menolak pernyataan Romulus dengan mengatakan dirinyalah yang pertama kali melihat kemunculan burung-burung itu. Dengan kesal Romulus akhirnya memperjelas batas area antara dirinya dengan Remus dengan membuat tembok dan parit di sekitar bukit Palatin. Melihat itu Remus secara diam-diam berusaha untuk melompati pagar pembatas itu dengan tujuan penghinaan. Akibatnya Remus tewas dibunuh oleh saudaranya sendiri. Di saat itu Romulus berkata : “Mulai dari saat ini, hancurlah mereka yang  melompati pagarku!”. Kemudian dengan rasa sedih dan penuh penghargaan, Romulus mengubur saudaranya Remus.

Atas saran Publius Ovidius Naso atau yang lebih dikenal dengan nama Ovid, seorang pujangga Roma yang terkenal pada saat itu, Romulus kemudian membuat sebuah Festival Hari Raya Lemuria, yang bertujuan untuk mengusir hantu Remus dari kota Roma. Hari Raya Lemuria, adalah sebuah hari raya pagan yang bertujuan untuk melakukan ritual pengusiran roh-roh jahat dan roh-roh orang mati dari rumah-rumah mereka. Ritual ini dirayakan setiap bulan May tanggal 9 dan 11, serta puncak acaranya di setiap tanggal 13 setiap tahunnya. Dengan alasan ini, orang-orang Roma pantang melangsungkan pernikahan pada bulan May, karena bulan May adalah bulan bagi kematian, sehingga lahirlah pepatah kuno Roma yaitu: “Akan Sakit Bagi Mereka yang Nikah Pada Bulan May (Mense Maio malae nubent)”. Festival Lemuria ini kemudian diadopsi oleh Paus Bonifasius IV menjadi Hari Raya Kudus umat Kristiani, yang kemudian lambat laun tanggal penyelenggaraannyapun dirubah dari tanggal 13 May menjadi setiap tanggal 1 November, setiap tahunnya.

Dengan tewasnya Remus, maka tidak ada lagi yang menghalangi Romulus untuk mendirikan kota yang diberi nama mirip dengan namanya yaitu Roma. Pendirian kota Roma ini juga sebagai awal dari tarikh kalender yang digunakan oleh bangsa Romawi (sebelum tanggalan Masehi ada), yang dikenal dengan nama Ab Urbe Condita atau AUC. Apabila dalam perhitungan Masehi kota Roma ini berdiri pada 753 SM, maka 1 AUC = 753 SM.

Setelah pendirian kota Roma, Romulus kemudian memperkokoh kotanya dengan mendirikan satuan tentara dengan mengklasifikasikan 3000 orang sebagai tentara infantri dan 300 orang pasukan berkuda (kavaleri) yang mana satuan tentara ini diberi nama “Legiun”. Kemudian dari populasi yang tersisa, dia memilih 100 orang tetua yang kaya dan dihormati yang dijadikannya sebagai dewan pimpinan kota Roma. Romulus menamakan dewan ini sebagai kaum bangsawan (patriarch), atau sebagai bapak kota Roma. Hal ini bukanlah karena status latar belakang semata dari orang-orang yang dituakan ini, tetapi karena dedikasi dan perhatian mereka yang menganggap Roma dan setiap penduduk yang tinggal di dalamnya bagaikan anak-anak mereka sendiri. Kaum ini kemudian dikenal pula dengan sebutan Senator. Dengan demikian Romulus telah mendirikan sistim hirarki pemerintahan dan sosial berdasarkan hubungan “the patron-client relationship”; yaitu sebuah hubungan bermakna yang kuasa, kaya dan prestisius (patron) dapat  menolong dan melindungi yang lemah (client).

Dengan ideologinya yang unik, Roma semakin menarik perhatian dari orang-orang seperti: orang buangan, pengungsi, penjahat, orang miskin dan budak yang melarikan diri; untuk mendapatkan kesempatan kedua, dan Romapun membuka pintunya lebar-lebar atas kedatangan orang-orang tersebut. Hal ini terbukti dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Roma yang meliputi bukit Palatine, bukit Capitoline, bukit Aventine, bukit Caelian dan bukit Quirinal. Palatine yang berarti surga, diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi Palace, sementara Capitoline menjadi Capitol.

Permasalahan Romapun timbul, karena sebagian besar dari penduduk dan para pendatang adalah kaum pria, kota ini sepi dari kaum wanita yang siap untuk dinikahi, sehingga pertambahan penduduk secara alamipun turut terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, Romuluspun pergi menghadap sang kakek, raja Numitor, untuk berkonsultasi.  Atas saran dari kakeknya, Romulus kemudian menyelenggarakan festival suci untuk menghormati dewa air dan laut Romawi, Neptunus.  Festival ini dihadiri oleh ribuan orang baik pria maupun wanita yang datang dari daerah Latin dan Sabine. Ketika festival itu usai, ratusan perawan Latin dan Sabine diculik dan ditawan oleh Romulus, sebuah sumber menyatakan sekitar 683 gadis, untuk dipaksa kawinkan dengan para pria Roma. Inilah yang akhirnya menjadi penyulut peperangan antara Roma dengan pihak Latin dan Sabine.

Perang dengan Latin dan Sabine

Kaum pria dari Latin dan Sabine meminta Romulus untuk mengembalikan gadis-gadis mereka yang diculik, namun Romulus menolak, dan akhirnya hal ini memicu peperangan pertama Roma melawan pihak Latin dan Sabine.

Tiga kerajaan Latin yaitu Caenina, Antemnae and Crustumerium secara bergantian mengangkat senjata untuk memerangi Roma. Namun tidak ada satupun dari kerajaan Latin itu yang berjaya mengalahkan Roma, bahkan raja Acor dari Caenina tewas di tangan Romulus. Kemenangan atas ketiga kerajaan Latin ini menjadi awal sebuah momen penting dalam pertumbuhan Roma. Ketiga daerah yang ditaklukan itu kemudian dibagi-bagikan kepada secara rata kepada setiap penduduk Roma, namun tidak ada satu orangpun dari kerajaan-kerajaan yang ditaklukan itu yang dijadikan budak.

Sementara itu Titus Tatius, raja dari Sabine bersama ribuan pasukannya berangkat untuk menyerang benteng yang terletak di bukit Capitoline, dengan alasan utama, karena di sana terdapat ratusan imigran dari Sabine yang tinggal dan menetap di Capitoline setelah peristiwa penculikan yang memicu peperangan ini. Ketika Titus sampai di pintu gerbang benteng Capitoline, seorang anak gadis pemimpin benteng Capitoline bernama Tarpeia, membukakan pintu gerbang benteng tersebut bagi Titus dan pasukannya dengan harapan dia menerima imbalan gelang emas yang dipakai oleh hampir seluruh tentara Sabine. Namun bukannya mendapatkan imbalan yang diharapkan, Tarpeia malah dibunuh dengan cara dilemparkan ke jurang Capitoline yang berbatu. Karena peristiwa ini, maka batu-batu cadas yang mengelilingi Capitoline dinamakan batu Tarpeia, sampai dengan sekarang.

Titus kemudian melanjutkan perjalanannya menuju untuk menghadapi Roma di sebuah tempat terbuka yang kemudian tempat ini dinamakan Comitium. Dalam pertempuran berdarah itu, Romulus mundur menuju bukit Palatine dan Titus mundur ke arah dimana Curia Hostilia sekarang berdiri. Dan pada saat itulah para wanita Sabine yang telah menikah dengan pria Roma memohon kepada Titus untuk mengadakan gencatan senjata. Akhirnya perdamaianpun tercipta antara Roma dan Sabine. Romulus dan Titus secara bersamaan menjadi penguasa atas Roma dan Sabine, Romulus memilih bukit Palatine sebagai markas utamanya sementara Titus memilih bukit Quirinal, dan mereka setuju untuk menjadikan Contimium sebagai tempat terbuka bagi publik yang juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan. Dalam perjalanannya, 100 orang tetua dan ketua suku Sabine dijadikan Senator Roma. Secara teknologi dan kebudayaan, kaum Sabine mengadopsi sistim kalender Roma sementara Roma mengadopsi senjata dan perisai lonjong kaum Sabine. Dengan perjanjian damai ini, secara otomatis, kekuatan legiun Romapun berlipat ganda.

Kerajaan Roma

Kekuasaan bersama antara Romulus dan Titus berlangsung selama 5 tahun. Dan selama kurun waktu itu, mereka berhasil memperluas wilayahnya dengan menundukkan salah satu wilayah Latin Alban yaitu Camerini.

Titus kemudian dinyatakan bersalah oleh Romulus dan Senat Roma, setelah dia dengan sengaja memberikan suaka kepada para sekutunya yang telah menghancurkan wilayah Lavinia secara ilegal; dan selain itu, Titus juga dengan sengaja membunuh duta Lavinia yang dikirim untuk mencari keadilan di Roma. Atas keputusan bersama, Titus dikirim ke Lavinia untuk memberikan klarifikasi dan upeti kepada penguasa Lavinia atas segala tindakannya itu, namun Titus tewas dibunuh sesaat dia sampai di wilayah Lavinia, dan ini membuat Romulus menjadi penguasa tunggal atas Roma dan Sabine. Tidak sampai disitu saja, Romulus akhirnya juga dinobatkan sebagai penguasa Latin Alba Longa, setelah Numitor, kakeknya, meninggal dunia. Romulus akhirnya menjadi penguasa atas Roma dan ketujuh bukit di sekitarnya, daerah Sabine dan daerah Latin. Di sisi lain, Romulus pun berhasil mengalahkan kaum Etruskia, yang merupakan penduduk asli Italia. Inilah awal kelahiran dari sebuah kerajaan besar Romawi.Sebagai catatan, kerajaan Roma mengadopsi sistim politik yang berlaku di Etruskia yang merupakan cikal bakal sistem politik Republik...



1.Proses terbentuknya Polis-polis di Yunani Kuno
          
             Sejarah polis-polis Yunani dibagi kedalam tiga periode, periodisasi ini dihitung dalam ratusan tahun. Periode pertama sampai dengan 800 SM adalah zaman pembentukan negara-negara kota. Orang-orang Yunani mengkonsolidasikan kontrol mereka atas wilayah-wilayah yang diperoleh dari orang-orang Angea. Periode kedua yaitu dari 800 SM sampai 600 SM merupakan abad kolonisasi, dimana polis-polis itu mulai cukup kuat untuk mengadakan program ekspansi ke lur negeri secara ambisius. Periode ketiga yaitu dari 600 SM sampai 400 SM adalah zaman kejayaan Polis-polis  dimana peradaban Yunani mencapai puncak keemasan. Dalam periode ini perkembangan ekonomi, sosial dan politik mencapai puncaknya. Periode terakhir setelah 400 SM, Yunani mengalami kemunduran yang sangat drastis dibidang politik. Pada pertengahan kedua sekitar abad 4 SM, polis-polis di Yunani kehilangan seluruh kemerdekaannya dan menjadi bagian dari Kerajaan Macedonia yang diperintah oleh Iskandar Agung. Dua abad berikutnya polis-polis jatuh ketangan kekuasaan Kekaisaran Romawi.
          
           Polis atau Negara Kota adalah wilayah-wilayah yang pada masa kini kurang lebih seperti Negara Bagian ataupun provinsi dengan Negara induknya Yunani.Pada awalanya daerah-daerah di Yunani kuno hanya berupa koloni-koloni Kecil yang saling menaklukkan.Hingga pada akhirnya Koloni-koloni penakluk ini mulai menyatukan wilayahnya dengan koloni-koloni taklukan tersebut.Penyatuan ini merupakan cikal bakal terbentuknya Polis-polis di yunani kuno. Pada sejarah Yunani Kuno terdapat tiga Polis yang terkenal yaitu Athena,Sparta dan Thebes. Namun polis yang berpengaruh besar di Yunani pada masa itu adalah Athena dan Sparta.

2.Perbedaan Polis Athena dan Sparta
 Bangsa Sparta adalah orang-orang yang senang sekali perang dan suka menaklukan daerah-daerah di sekitarnya, dengan kata lain Sparta menerapkan sistem militer didalam sistem Pemerintahannya. Pertama mereka menaklukan Messenia, lalu Arkadia, Argos, dan dengan demikian menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos. Sparta menerapkan sistem oligarki, dengan dua raja yang saling berbagi kekuasaan, lima efor(ephor) atau penasehat yang memegang kekuasaan cukup besar.
                                           Peta Kekuasan Sparta

Sedangkan Sistem pemerintahan Athena adalah demokrasi, di mana setiap warga negara terlibat langsung dalam aktivitas pelaksanaan politik, seperti pembentukan kebijakan publik serta pelaksanaannya. Kehidupan di Athena berbeda dengan di Sparta. Jika warga Sparta mempunyai kewajiban untuk tugas-tugas pemerintahan dan pertahanannegara maka warga Athena dalam suasana demokrasi memilikikemerdekaan berpikir, berpendapat serta maju dalam bidang politik,ekonomi, seni pahat, seni bangunan maupun seni sastra.
Athena mengalami evolusi pemerintahan yang sempurna semula golonganaristokrat(bangsawan) mengesahkan kekuasaan oligarkhi(pemerintahan di tangan sekelompok orang). Kemudian beralih kesistem pemerintahan tirany (pemegang kekuasaan di tangan satu orang yang berkuasa penuh)kemudian berubah lagi menjadi sistem demokrasi. Athena terbagi menjadi 100 deme atau wilayah pemerintahan lokal (dalam beberapa hal dapat disamakan dengan kabupaten pada masa kini) yang dipimpin oleh perwakilan warga dan mayor yang dipilih.
 Deme mengatur urusan-urusan lokal kerumahtanggaan, mengumpulkan pajak-pajak tertentu untuk pemerintah pusatmelaksanakan proses hukum terhadap beberapa persoalan kecil, dan mengawasi daftar kewarganegaraan. Selain itu deme menjadi unit-unit pemilihan untuk memilih nominasi kandidat Dewan, hakim atau juri di pengadilan. 
                                                       Peta Kekuasaan Athena

                                        



Jumat, 02 November 2012

Sejarah Suku Sunda


SEJARAH SUKU SUNDA
I.Latar Belakang Masalah
         Suku Bangsa di Indonesia sangatlah banyak jumlahnya serta tersebar dari ujung Pulau We hingga Merauke di Papua serta melintang dari ujung Pulau Miangas di utara hingga Pulau Rote di selatan.
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda. Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.

Adapun dalam makalah ini akan menjelaskan secara singkat mengenai Sejarah salah satu suku bangsa Indonesia yang ada di dataran Jawa,tepatnya di Jawa Barat yakni suku “Sunda”. Suku Sunda dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipelajari untuk mengenal bagaimana suku Sunda serta Kebudayaannya.

II.Rumusan Masalah
Adapun beberapa Rumusan Masalahnya antara lain :
ü  Bagaimana sejarah suku sunda?
ü  Tata Bahasa Suku Sunda
ü  Kebudayaan dan kesenian suku Sunda
ü  Sistem kepercayaan      
ü  Stratifikasi dalam masyarakat Sunda
ü  Mata pencaharian masyarakat Sunda
ü  Adat Istiadat Perkawinan
ü  Sistem Kekerabatan

Pendahuluan
               Luas daerah Jawa Barat (Ranah Pasundan)  mencapai 4417.000 ha atau sekitar 35% dari luas pulau Jawa dan Madura.Daerah ini berbatasan dengan DKI Jakarta dan Laut Jawa di Timur,disebelah selatan dan barat berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Selat Sunda yang memisahkan PUlau Jawa dan Pulau Sumatra.Letak geografis berdasarkan garis lintang berada pada 5º 50’ lintang utara - 7º 60’ lintang selatan dan 104˚ 48’ bujur barat - 108˚ 48’ Bujur timur.Sepanjang Pantai Utara terhampar dataran rendah ,selanjutnya mengarah ke Selatan bersambung dengan dataran tinggi yang bergunung gunung yang berkelanjutan terus ke pedalaman sampai ke Pantai Selatan yang legendaris dan mitologi itu dengan Putri imajinernya' yang konon cantik tiada tara, Ratu Kidul. Pada umumnya Tanah Sunda subur dan hawa di sepanjang Pantai Utara panas tetapi ke pedalaman di dataran tinggi sejuk .
               Tanah Sunda dapat dibagi menjadi empat bagian.yang pertama,daerah epanjang pantai Utara dinamakan Daerah Hamparan Jakarta(Zone Jakarta). Bagian yang kedua merupakan daerah yang membentang dari Rangkasbitung melintasi Bogor, Purwakarta, Subang,Sumedang sampai Indramayu disebut Daerah Hamparan Bogor (Zone Bogor).Bagian yang ketiga adalah daerah bentangan Gunung Berapi yang diapit oleh Zone Bogor dan Zone Pegunungan Selatan yang disebut Daerah Hamparan Bandung (Zone Bandung).Tentang daerah ini ada beberapa cerita yang menyebut-nyebut Danau purba yang maha luas (Bandung) dengan sebutan Leuwi Sipatahunan (Situ Sipatahunan).Merupakan suatu kenyataan pula bahwan dataran tinggi Bandung kini terdapat endapan lempung yang dilapisi oleh endapan danau purba yang merupakan bukti bahwa Bandung merupakan areal danau yang mongering.

1.Sejarah Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Sejarah suku Sunda dapat dibedakan menjadi dua masa yakni: Jaman Praehistori dan Jaman Histori.Demikian pula peninjauan terhadap sejarah Tanah Sunda atau Pasundan yang kini dikenal dengan Jawa Barat pada Jaman Praehistori dari masa ini tidak terdapat peninggalan-peninggalan yang terang berupa tulisan baik pada batu,daun lontar atau kuningan dan lain sebagainya.Jaman histori Sunda dimulai sejarahnya dengan adanya batu bertulis di sungai Ciaeuruten,Bogor yang menyatakan adanya suatu kerajaan Hindu bernama Tarumanegara.
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata ‘sund’ atau kata ‘suddha’ dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas).Sedangkan menurut bahasa Sunda dapat diartikan: bagus,indah,cantik,unggul,dan menyenangkan.
1.1 Sunda mendapat Pengaruh dari Jawa
               Menurut Bernard Vlekke, sejarawan terkenal, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad 11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda.

1.2 Sunda Jaman Kerajaan Padjajaran

Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit. Namun, Gadjah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini (dan mungkin masih berlangsung), tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.

Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon dan Demak, dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.

1.3 Sunda dan Kemajuan Islam

Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahan tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.

Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang berkuasa.

1.4 Sunda dan Kejatuhan Majapajit

Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam mendorong kekuatan militer supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang tidak ada tentara asing yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk percaya. Namun dipergunakan kekerasan untuk membuat para penguasa menerima iman Muhammad. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun demikian, kita harus mengingat apa yang ditunjukkan Vlekke bahwa perang-perang keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.

1.5 Pengaruh Demak di Tanah Sunda

Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanudin dari Cirebon untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad 16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai- pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum dan Cisadane.

1.6 Sunda masa Kolonialisme Belanda

Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak- hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang Dunia kedua.
         
     Peristiwa-peristiwa pada abad 18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa," sang pemimpin adalah seorang Hindu dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing- masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian).

2.Tata Bahasa Sunda
           
Bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibu sebagian besar penduduk Jawa Barat termasuk kedalam golongan bahasa afiksasi,bukan bahsa fleksi.Posisi urutan kata dalam kalimat serta imbuhan gramatikal sangat berperanan dalam bahasa ini ; yang paling istimewa lagi adalah lagu yang bertekanan nada serta sangat kaya dengan fonema.Dalam bahasa fleksi seperti misalnya bahasa Jerman,perubahan kata sangat menetukan arti ;sedangkan dalam bahasa Sunda ,imbuhan yang terdiri atas Rarangkeun hareup (awalan), Rarangkeun tengah (sispan dan Rarangkeun tukang (akhiran) disertai letak atau urutan kata sangat berperanan dalam menentukan arti.Contoh kata serat (tulis).Terhadap kata ini kita dapat menambahkan ketiga macam imbuhan;nyerat = menulis,sinerat = ditulis,seratkeun = tuliskan  dan sebagainya.
                       Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu :
           a.Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
           b.Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
           c.Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.

3.Kebudayaan dan Kesenian Suku Sunda

Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
        
          3.1 Kesenian Kirab Helaran

Kirab helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.

3.2 Pencak Silat Cikalong

Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.

3.3 Seni Tari

a.Tari Jaipongan
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

b.Tari Ketuk Tilu
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.

3.4 Seni Musik dan Suara

Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :
1.      Bubuy Bulan
2.      Es Lilin
3.      Manuk Dadali
4.      Tokecang
5.      Warung Pojok

3.5 Wayang Golek

Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

3.6 Kesenian Kuda Renggong

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.

3.7 Alat Musik

a.Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

b.Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional

c.Kecapi Suling
Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

4.Sistem Kepercayaan

Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta.Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian  kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata).  Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.

4.1 Mantera-mantera Magis

Dalam penyembahan kepada ilah-ilah ini, sistem mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung- gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supernatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.

4.2 Dukun-dukun

Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana- pelaksana ilmu magis yang disebut dukun. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktek-praktek mistik seperti numerology (penomoran). Mereka mengadakan kontak dengan kekuatan-kekuatan supernatural yang melakukan perintah para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan black magic tetapi banyaknya adalah jika dianggap sangat bermanfaat bagi orang Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam. Tetapi orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.

5.Stratifikasi Dalam Masyarakat Sunda

Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida, menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau agraris.

Perbedaan status di antara kelompok elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok “in group” dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group” sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group.

W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision-making Process in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh desa.

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.

Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.

6.Sistem Mata Pencaharian

Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
                       
                      Adapun mata pencaharian masyarakat Sunda dapat dibedakan menjadi :
           Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah
           1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
           2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
           3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
            Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata 
pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.

        7. ADAT ISTIADAT
           
          UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA

Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
  1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
  2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
  3. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
  4. Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
  5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
    • Dipimpin pengeuyeuk.
    • Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
    • Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
    • Disawer beras, agar hidup sejahtera.
    • dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
    • Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
    • Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
    • Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
  6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
  7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
  8. Upacara Prosesi Pernikahan
    • Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
    • Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
    • Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
    • Sungkeman,
    • Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
    • Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
    • Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
    • Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
                 Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.

        4. SISTEM KEKERABATAN
   
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.